Monday, November 12, 2007
" Kapak batu "
Memang Tuhan telah menyiapkan segala sesuatunya buat manusia, kata pepatah; nga ada rotan akar pun jadi... yach, KAPAK BATU adalah alat yang untuk sekarang ini mungkin menjadi barang aneh, tapi itu adalah alat nenek moyang kami di pedalaman papua untuk menebang dan membelah kayu, dengan alat ini kami bisa membuat rumah-Honai, pagar untuk kebun, kayu bakar dan juga untuk memotong daging.
Kapak ini ujungnya terbuat dari batu yang dipilih dari batuan tertentu, sehingga tidak cepat pecah ...gagangnya terbuat dari jenis kayu yang kuat...syalut, hebat yach !!!
Sunday, November 11, 2007
" Potong jari "
Yach ampun, liat jari mama di foto atas...jarinya kelingking dan jari manisnya kok puntung???... yach, emang disengaja di potong? kok bisa..buat apa?
Tidak sembarang mang...potong jadi biasanya di lakukan saat keluarga atau kerabat terdekat kami meninggal, biasanya anak, orangtua dan saudara kandung... cara kami mengungkapkan kasih sayang dan kepedihan kami adalah dengan memotong jari kami...sakitnya kami rasakan saat kehilangan orang yang paling kami sayangi.
Wah bisa habis dunk jarinya . . .? mmmmmm.....
" Tusuk hidung "
Kalau tusuk telinga da biasa kali yach? trus tindih hidung juga da biasa . . .tapi kalo hidung di dilubangi ampe tembus kiri kanan gimana tuch? wah, sakit nga yach... tusuk hidung untuk kami laki-laki Wamena adalah simbol laki-laki, hiasan di hidung ini merupakan simbol-simbol kejantanan bagi kami. Biasanya hidung yang sudah berlubang akan memudahkan untuk melengketkan taring babi disebelah kiri dan kanan...buat apa? jangan tanya. . . itu adalah simbol keberanian bagi kami laki-laki Wamena.
" Bakar baru di Kampung Honai "
Ini saat yang kami tunggu-tunggu...masak wam (babi), Hipere (ubi jalar), sayur-sayuran rame-rame satu kampung. Masaknya bukan pake kompor atau di tungku biasa; masaknya pake batu. kami sebut " Bakar Batu", wah gimana caranya tuch?
Sangat sederhana, pertama-tama kita pilih batu kali yang bulat-bulat trus tumpuk dalam satu lubang berukuran 1 x 1 meter, trus bakar batunya pake kayu dan rumput-rumput sampai merah menyala...lama memang sekitar 4-5 jam. Trus setelah batu panas taruh daging babi yang sudah di potong diatasnya, trus tutup dengan sayur-sayuran dan ubi-ubian. Nach, makanan ini akan masak dari panas batu yang dibakar, makanya kami sebut "Bakar Batu"...rasanya gimana? He..hehe...dijamin enakkkkkkk....Mmmmm...
" Pertahanan terakhir "
" Beginilah kami bekerja "
Yach inilah hidup yang kami jalani; mengasuh anak, membuka kebun, menanam, memelihara dan memanen. Setelah hasil di kebun di petik kemudian kami mencari kayu bakar lagi untuk membuat perapian di rumah kami-Honai. Beginilah hidup yang kami jalani, tidak ada yang patut disesali tapi harus di perjuangkan...diperjuangkan untuk lebih baik... (jeritan hati mama di pedalaman-Papua).
" Susu ini buat siapa? "
Waduh . . . ini satu lagi keunikan di tanah Papua, Wamena khususnya. Seorang ibu begitu sayangnya akan ternak peliharaannya, dia rela memberikan satu susunya kepada babi kesayangannya. Oia, perlu diketahui juga bahwa babi adalah salah satu simbol sosial dalam masyarakat suku-suku di pengunungan tengah Papua. Suku Dani di lembah baliem salah satunya.
Wah...menarik yach, saya jadi berpikir kalo kepada binatang aja bisa kita sayangi . . . harusnya kepada sesama manusia kita bisa lebih dari itu. Kalo dunia bisa begitu, mungkin nga akan ada lagi perang, kelaparan, pembunuhan dan kemiskinan.
Selamat buat mama untuk perenungannya ... Bravo !
Monday, October 29, 2007
Saturday, October 13, 2007
" Perang Suku "
Pemicu dari perang suku yang masih kerap terjadi di Papua pegunungan adalah karena masalah denda adat yang tidak terselesaikan, perselingkuhan/Zinah, Pembunuhan, masalah tanah, pencurian ternak Babi, dll. Perang adalah satu cara yang dianggap dapat menjadi media penyelesaian sengketa. Setelah perang akan terjadi konsolidasi kembali...
Arsitektur Honai
Honai adalah rumah adat masyarakat pegunungan tengah Papua...rumah yang berbentuk bulat ini biasanya dihuni oleh 5-10 orang. Honai terdiri dari Honai untuk laki-laki dan perempuan.Bentuk Honai yang bulat ini, dirancang untuk menghindari cuaca dingin karena tiupan angin yang kencang. Pada bagian tengah Honai dibuat perapian untuk menghangatkan tubuh di malam hari, sekaligus sebagai tempat untuk memasak/membakar ubi jalar, dalam bahasa Dani disebut "Hipere".
Noken . . .
Teman mama-mama di pegunungan tengah Papua keluar rumah salah satunya adalah tas Noken. Noken terbuat dari akar-akaran yang dibuat menjadi benang dan kemudian dianyam menjadi sebuah tas keranjang multi fungsi. Di pegunungan Papua, tas ini untuk memasukkan ubi jalar, sayur-sayuran,kayu bakar dan bahkan bayi kecilpun bisa masuk...yach itulah salah satu keunikan suku di pedalaman Papua. Noken biasanya dibawah atau diletakkan diatas kepala seperti dalam foto diatas. . .menarik ya . . .
Mereka mengenal aku sebagai manusia "Koteka"
"Koteka" adalah salah satu aksesoris yang dipergunakan oleh laki-laki suku Dani untuk menutup kelamin, namun dalam perang aksesoris lainnya juga dipadukan dengan Koteka, seperti penutup kepala, baju zirah, tombak, panah dll. dapat dilihat pada foto diatas dan nama aksesoris dalam bahasa Dani.
Koteka : Terbuat dari semacam buah labu, isinya di kosongkan kemudian di keringkan. Koteka hanya di kenal di pengunungan tengah Papua.
Monday, October 8, 2007
Thursday, October 4, 2007
Wednesday, October 3, 2007
" DR. Bob Pierce "
DR.Bob Pierce, ternyata pernah melayani di Wamena...disini dia mendirikan sebuah gereja yang mengabadikan namanya. DR. Bob Pierce adalah pendiri lembaga pelayanan kristen dunia yang sekarang disebut "Wolrd Vision ", lembaga ini memiliki pelayanan di kurang lebih 100 negara dengan fokus pelayanan anak-anak.Namun, sayang sekarang monumen yang di tinggalkannya tidak terurus lagi dimakan usia.Sayang yach...muda-mudahan spirit beliau untuk melayani masyarakat di pedalaman Papua masih tetap melekat di hati.
" Energi Positif . . ."
" Demi Cita-cita . . ."
Aku masih selalu bertanya pada diriku,"Gimana ya caranya aku mencapai cita-citaku?", adakah yang jalan yang lebih mudah untuk mencapainya?? Kalau aku harus berjalan diatas gunung-gunung berkilo-kilo mungkin aku sudah biasa, karena tempatku memang nga ada jalan rata selain gunung-gungung yang terjal. Tapi, apakah orang yang lebih tua dariku tau kalau aku ini masih kecil? sehingga untuk mengejar cita-citaku saja, mesti bawah rumput dan kayu bakar dan . . .ach . . .atau itu syarat untuk mencapai cita-cita? suatu saat aku bertanya pada guruku: Kaka (sebutan untuk orang yang lebih tua di Papua), kalo adek bawa kayu atau rumput sekarang bisakah suatu saat aku bisa bawa besi terbang (pesawat) juga euy, kayak Mister Smitt ? ? ?
" Aku juga mau tahu . . .???"
" Suasana Pasar Potikelek Wamena "
Monday, October 1, 2007
" Pulang ke Rumah "
" Langit Indah di Mamit "
Mamit adalah salah satu daerah pelayanan misionaris pada tahun 1960an. Disini misionaris meninggalkan sebuah sekolah Alkitab yang disebut Sekolah Alkitab Mamit (SAM), dari sinilah dimulainya penginjilan di daerah pegunungan tengah Papua. Selain sekolah ini, keindahan pemandangan di Mamit adalah bagian keindahan Papua yang selama ini belum pernah di publikasikan. Dapat kita lihat deretan Honai (rumah suku dani), yang begitu apik dan pemandangan alam dengan langit yang sangat menakjubkan. Bagi para petualang daerah ini sangat menantang, bisa ditempuh dari Wamena dalam waktu 20 menit dengan menggunakan pesawat jenis Cesna atau berjalan kaki selama 9 jam dari ibukota Kab.Tolikara yaitu Karubaga. Daerah ini juga penghasil Buah Merah terbaik dan jeruk.
" Buah Merah "
Tuesday, September 18, 2007
" Sarang S E M U T "
Pasti da pada kenal Obat " Buah MERAH " kan? Buah yang sangat berkashiat bagi daya tahan Tubuh....bayangkan aja orang papua yang cuma makan ubi jalar (Hipere) bisa sangat kuat berjalan di atas gunung-gunung . . .selain itu ada obat lagi yang bisa nyembuhin penyakit-penyakit dalam namanya " SARANG SEMUT "... liat di fotonya dech, sejenis tanaman seperti benalu, disebut sarang semut karena tanaman ini tempat semut bersarang . . . ada yang berminat??? hehehe...
Bunga Abadi " E d e L We i S S"
Saturday, May 19, 2007
Friday, May 18, 2007
Tulisan untuk Lomba Jurnalistik PAUD Depdiknas
“ Honai Belajar Anak “
Pendidikan Pemberdayaan Anak Usia Dini
Yero-yeropi…yero…yero yeropi, seorang anak melompat diatas empat batang bambu kecil (lokop) yang digerakkan oleh 4 orang anak bersilang-silangan. Anak tersebut melompat sambil berhitung satu..dua..tiga..empat, di iringi oleh lagu Yero-yeropi oleh anak-anak yang ikut dalam permainan itu.
Pemahaman Pendidikan Holistik Usia Dini
Lima tahun pertama kehidupan anak adalah merupakan periode yang paling penting dalam perkembangan setiap individu anak. Periode tersebut dikenal dengan golden age atau masa usia emas. Karena, usia ini adalah awal proses pertumbuhan fisik dan perkembangan potensi anak; yaitu perkembangan mental, panca indera dan perkembangan potensi gerak (motorik), daya hayal (afeksi) dan daya nalar (kognisi).Jika pada periode ini, anak tidak mendapat jaminan memadai akan gizi, nutrisi, kesehatan untuk pertumbuhan dan pembentukan fisik, serta organ tubuh dan tidak dilakukan stimulasi pendidikan terhadap potensinya, maka anak akan mengalami “cacat permanen” atau tidak berkembang secara utuh.Berdasarkan pemahaman di atas dan mengacu pada empat dasar Hak Anak yang meliputi Hak Hidup, Hak Tumbuh kembang, Hak Partisipasi dan Perlindungan; maka program pendidikan anak usia dini adalah sangat strategis dan penting. Pendidikan anak usia 0 sampai 5 tahun berlangsung pada saat anak berada dalam kandungan sampai anak usia pra-sekolah atau Taman Kanak-Kanak (TK).
Masyarakat pegunungan tengah Papua, Wamena dan sekitarnya di dampingi oleh LSM. Mencoba mendekatkan pendidikan anak usia dini dengan potensi budaya lokal yang dimiliki anak. Honai atau rumah tinggal suku Dani di pegunungan menjadi awal keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan anak. Honai yang digunakan sebagai tempat berkumpul keluarga pada siang dan malam hari, di tambahkan fungsinya dengan menghadirkan Honai sebagai tempat belajar anak yang disebut “Honai Belajar Anak”.
Metode ini di perkenalkan oleh salah satu LSM yang ada di Wamena, yang mencoba melakukan pemetaan potensi budaya lokal sebagai basis pendidikan anak. Anak-anak dengan potensi yang dimiliki seperti permainan, mainan, lagu, tarian, musik dan cerita-cerita rakyat dijadikan media untuk merangsang potensi anak.
Dari hasil pemetaan potensi ini, ditemukan ada sekitar 30 sampai 40 jenis permainan, mainan, tarian, lagu, cerita dan alat musik yang sering di gunakan anak setiap hari. Potensi anak ini kemudian dijadikan modul dan kurikulum belajar sesuai dengan tema yang telah disepakati bersama. Lingkungan honai belajar di kelolah menarik agar menumbuhkan suasana belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Anak sebagai pelaku pendidikan, dengan tingkat usia emas, memerlukan bimbingan yang mengarahkan seluruh potensinya menjadi wujud nyata cita-cita. Orang dewasa sebagai pengajar, mendapatkan pelatihan pendampingan anak di tingkat desa masing-masing.
Kegiatan di honai belajar anak, secara langsung melibatkan orangtua dan warga dalam pemberdayaan pendidikan dan kesehatan. Ibu-ibu secara rutin menyediakan aneka makanan bergizi, sayuran dan buah-buahan. Mereka juga menemani anak belajar sambil bermain. Untuk layanan kesehatan, masyarakat mengupayakan sendiri dengan membuat Pos Obat Anak yang mereka tempatkan di Honai Belajar Anak. Pendidikan berbasis potensi budaya lokal, murah dan mudah, karena menitikberatkan keluarga sebagai pendidik dan dapat dikelolah sendiri. Jika semua orang mampu menjadi pengasuh maka sekolah tidak akan kekurangan guru lagi.
Upaya yang dilakukan di tingkat komunitas, hendaknya dijadikan pelajaran oleh semua pihak agar melaksanakan program pendidikan di masyarakat lebih baik. Dari proses pembelajaran di Honai Belajar Anak, jaringan komunitas PAUD Wamena menyatukan anak-anak dalam wadah Forum Anak, sebagai media advokasi bagi semua masyarakat dan pemerintah tentang kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini. Komunitas honai belajar anak memprakarsai pameran program dan pertunjukan pola pengajaran di Honai Belajar Anak pada peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2007. Dengan tema : “Pendidikan Yang Memberdayakan di Honai Belajar Anak “. Kegiatan yang di awali karnaval, dihadiri sekitar 800 orang anak dan juga instansi Pemerintah, LSM dan sekolah-sekolah. Pada kesempatan ini juga, anak-anak melakukan dialog dengan pemerintah soal pendidikan, akses kesehatan dan empat dasar hak anak. Hasilnya pemerintah daerah kabupaten Jayawijaya berjanji, untuk memperhatikan pendidikan anak dengan menambah anggaran pendidikan sebesar 5 % dari anggaran yang sudah ada. Kemudian pemerintah juga memberikan akte kelahiran gratis kepada setiap anak, sesuai intruksi pemerintah pusat soal akte kelahiran gratis untuk setiap anak Indonesia. *